Rabu, 10 September 2008

AMPUTASI BAWAH SIKU

INDIKASI AMPUTASI
Tindakan amputasi dilakukan apabila secara maksimal terapi yang diberikan dinyatakan gagal. Apley (1993) menyatakan indikasi amputasi adalah 3 D :
a. Dead (anggota tubuh yang mati): kelainan vaskuler, trauma, luka bakar atau "frost bite"
b. Dangerous (anggota tubuh yang membahayakan) : tumor ganas, infeksi yang mengarah ke
sepsis atau "crush injury" dengan resiko
c. Damn Nuisance (anggota tubuh yang mengganggu) : kelainan kongenital, nyeri yang hebat,
gangguan fungsi yang berat atau infeksi kronis yang berulang.(1)

LEVEL AMPUTASI ANGGOTA GERAK ATAS
Terdapat level - level optimal amputasi, tetapi level optimal tersebut tidak dapat dipilih khususnya pada kasus trauma misalnya kecelakaan. Prinsip tindakan bedah adalah mempertahankan jaringan lunak yang hidup dan tulang sepanjang mungkin, tetapi untuk pemasangan prostesis dengan potongan sedikit dari level optimal perlu dipertimbangkan.
Level amputasi pada above elbow diukur dari akromion sampai ujung puntung, pengukuran dibandingkan dengan sisi yang sehat (akromion sampai epikondilus lateralis), dan dinyatakan dengan prosentase:
Level amputasi bawah siku diukur dari epikondilus medialis ke ujung ulna atau radius dari puntung dan dibandingkan ke ujung prosesus stiloid ulna pada sisi sehat. (3,7)





















Level Amputasi Anggota Gerak Atas



TEKNIK OPERASI DAN EVALUASI
Teknik dari amputasi terdiri dari :
1. Myodesis
2. Myoplasti (1,5)
Teknik dan indikasi dari tindakan amputasi untuk evaluasi dari puntung sangat penting. Hal yang perlu dievaluasi adalah :
1. Kondisi secara umum yaitu status mental penderita dan kondisi fisik penderita (vital sign,
penyakit penyerta)
2. Kondisi secara lokal (puntung) yaitu panjang puntung, bentuk puntung, tipe dan posisi dari
jaringan parut insisi, luas gerak sendi dan stabilitas dari persendian.(3,4,6)

DEFINISI PROSTESIS
Prostesis adalah suatu alat pengganti bagian tubuh yang hilang. Prostesis ini mengganti fungsi yang sangat komplek dari anggota gerak. Prostesis ekstremitas atas diperlukan pada defisiensi tulang kongenital atau amputasi karena trauma atau penyakit. Prostesis ekstremitas atas dipakai untuk tujuan kosmetik atau untuk fungsional. Prostesis ekstremitas atas dirancang untuk memberikan kembalinya fungsi semaksimal mungkin. Dan mengorbankan kosmetik sesedikit mungkin.(3,4)

PENANGANAN REHABILITASI PENDERITA AMPUTASI
Penanganan rehabilitasi penderita amputasi ada beberapa tahap, yaitu:
a. Penanganan Sebelum Prostesis
1. Sebelum operasi
Sebelum menjalani operasi, penting dijelaskan mengenai persiapan sebelum operasi, komplikasi yang akan terjadi dan perawatan setelah operasi. Juga ditanyakan pada penderita kesediaan memakai prostesis dan jenis prostesis yang akan diberikan.
Pemberian latihan sebelum operasi dapat berupa :
a. Latihan penguatan dari seluruh otot
b. Latihan luas gerak sendi
c. Latihan untuk ADL

2. Setelah operasi

a. Penyembuhan luka operasi yang adekuat
b. Mengontrol nyeri
c. Melihat performa dari ADL nya
d. Mobilitas
e. Mempertahankan luas gerak sendi dari bagian anggota gerak yang diamputasi
f. Menyiapkan stump untuk pengukuran prostesis
g. Menerangkan mengenai pengukuran dan perawatan prostesis
h. Mensuport terhadap perubahan akibat amputasinya

b. Penanganan Stump
Untuk mempercepat kesembuhan luka, mencegah trauma, mengurangi edema, serta mengurangi nyeri dapat diberikan a plester of Paris atau rigid dressing yang terbuat dari fiberglass jika tidak ada rigid dressing dapat dipakai elastic bandage atau elastic stockinette dan harus dipakai selama 24 jam kecuali saat mandi atau saat luka dibersihkan.

c. Penanganan Pemasangan Prostesis
Melalui beberapa tahap :
1. Prosthesis fitting
Dimulai bila stump sudah siap untuk casting kemudian dilanjutkan dengan definitive prosthesis. Selain kondisi stump perlu diperhatikan keadaan di bawah ini
a. Keadaan kulit yang menutup stump
b. Luas gerak sendi dari stump
c. Kekuatan otot
d. Kontrol motorik
e. Kelainan saraf









Stump Myoplasti

2. Tujuan pembuatan prostesis
Prostesis dibuat dengan 3 tujuan yaitu :
a. Fungsional
b. Kosmetik
c. Fungsional dan kosmetik
Prostesis dapat direncanakan secara khusus misalnya untuk spesifik vokasional, rekreasional, keperluan sosial atau pengoperasiannya dengan elektrik. Dengan makin berkembangnya bahan yang ditemukan, design baru, dan teknik fitting yang baik dapat tercapai hasil yang optimal artinya prostesis tersebut dibuat lebih nyaman kalau dipakai, indah, dan sesuai dengan tujuan fungsional.

3. Preparatory prosthesis
Keuntungan dari preparatory prostesis adalah bila keadaan stumpnya sudah matur. Pasien biasanya diijinkan untuk mencoba beberapa bulan sebelumnya dalam memakai prostesis untuk menentukan prostesis apa yang kelak akan dicapai. Selama tes percobaan tersebut, diharapkan pasien dapat mempelajari apa yang kelak akan dilakukan dengan prostesis tersebut.
Kadang - kadang preparatory prosthesis tidak dapat diberikan karena masalah finansial. Pasien biasanya langsung memakai definitive (final) prosthesis. Jika pasien langsung memakai final prostesis tanpa dilakukan preparatory prostesis, hal ini harus ditunda sampai residual limb-nya matur (biasanya 3-4 bulan).

4. Definitive prosthesis
Pembuatan definitive prostesis mengikuti tahap :
a. Membuat cast pada stump
b. Membuat plaster positive pada stump
c. Memodifikasi plaster positive yang terbentuk dengan maksud mengurangi area yang
toleran terhadap tekanan dan menambah plaster ke area yang sensitive tekanan terhadap
stump.
d. Membuat socket
e. Mencoba socket
f. Membentuk plaster positive
g. Menyempurnakan socket dengan termoplastik atau pelapis socket




Proses Fitting





Definitive Prosthesis


5. Evaluasi akhir prostesis
Yang perlu dievaluasi adalah :
a. appropriate fitting (tepat / cocok)
b. alignment
c. length (3,4)

d. Karakteristik prostesis yang baik
Sebuah prostesis harus nyaman digunakan, mudah dilepas dan dipasang, ringan, daya tahan kuat, dan baik secara kosmetik. Prostesis juga harus berfungsi baik secara mekanik dan dapat mudah dirawat. Compliance prostesis sendiri sangat tergantung pada motivasi individu untuk memakainya. (8)

e. Beberapa pertimbangan saat memilih prostesis
1. Level amputasi
2. Fungsi yang diharapkan dari prostesis
3. Fungsi kognitif pasien
4. Pekerjaan pasien
5. Aktivitas yang diminati pasien (mis : hobby)
6. Penting tidaknya kosmetik pada prostesis
7. Sumber keuangan pasien (8)


Myoelectric Hand




Body Powered Terminal Device




Hybrid Terminal Device : SeeMED (Servo Electric Mechanical Terminal Device)


KOMPONEN BELOW ELBOW PROSTHESIS (BAWAH SIKU)
Prostesis atas siku terdiri dari :
a. Terminal Device
b. Wrist unit
c. Socket
d. Elbow Hinges
e. Harness suspension dan system control (3,4,7)



Komponen Below Elbow Prosthesis 3

PUSTAKA
1. Apley AG. Orthopaedic Operations. In : Apley’s System Of Orthopaedics and Fractures 7th Ed. Butterworth Heinemann. Oxford, 1993. pp 251-258.
2. Bender LF. Upper Extremity Prosthetics In : Kottke FJ, Lehmann JF. Krusen’s Handbook of Physical Medicine & Rehabilitation. WB. Saunders Company. Philadelphia, 1990.pp 1009 – 23.
3. Berger N. Upper Limb Prosthetic System In : The American Academy of Orthopaedic Surgeons. Atlas of Limb Prosthetics Surgical and prosthetic Principles. The CV. Mosby Company. Missouri, 1981.pp 97 – 158.
4. Celikyol Fg. Amputations and Prosthetics In : Occupational Therapy for Physical Dysfunction 5th Ed. Lippincott Williams & Wilkins. Maryland 2002.pp. 1045-1069
5. Esquenazi A. Upper Limb Amputee Rehabilitation and Prosthetic Restoration In : Braddom RL. Physical Medicine & Rehabilitation. 4th ed. WB. Saunders Company. Philadelphia, 1996.pp 275-88.
6. Reed KL. Amputation of an Upper Extremity – Adult In : Quick Reference to Occupational Therapy. Aspen Publishers. Maryland, 1991 pp. 212 -215.
7. Tan JC. Prostheses In : Practial Manual of Physical Medicine and Rehabilitation. The CV. Mosby Company. Missouri, 1998. pp 229-59.
8. Edward SG.Elbow and Above-Elbow Amputations. Downloaded at 12:23 PM.13/10/07 .www.emedicine.com
9. Daley BJ. Electrical Injury.Downloaded at 13.05 PM.13/10/07. www.emedicine.com /med/byname/Electrical-Injuries.htm
10. Kowalske K, Helm P, Burn in : Garrison SJ, Handbook of Physical Medicine and Rehabilitation, 2nd edition, Lippincott Williams & Wilkins, 2003;67-78.
11. Rivers E, Fisher SV, Rehabilitation for burn Patient in : Krusen’s handbook of physical medicine and rehabilitation, 4th edition,WB Saunders, 1990;1070-1101